AYANK

>>>>>>>>>>>>>>>>>>DOWNLOAD FILM DAN MP3 GRATIS TERBARU DAN TERUPDATE HANYA DI DUNIA MUSIK

Tuesday, September 1, 2009

CROSSING OVER', Mengejar Mimpi Dengan Segala Macam Cara

Pemain: Harrison Ford, Ray Liotta, Ashley Judd, Jim Sturgess, Cliff Curtis, Alice Braga, Alice Eve, Tammin Sursok, Summer Bishil, Merik Tadros

Oleh: Fatchur Rochim

Buat kebanyakan orang, Amerika adalah negeri harapan dan semua orang ingin menjadi bagian dari harapan ini. Meski pemerintah Amerika sendiri memberikan kesempatan buat siapapun untuk menjadi warga negara Amerika namun proses ini juga mendatangkan masalah buat pihak pemerintah. Dan itulah yang dihadapi oleh Max Brogan (Harrison Ford), seorang petugas Immigration and Customs Enforcement.

Sebenarnya Max adalah petugas yang jujur dan baik namun masalahnya adalah Max terlalu mudah bersimpati. Simpati mungkin tak jadi masalah jika saja itu tidak diberikan pada orang yang seharusnya ia tangkap. Di sisi lain, Hamid (Cliff Curtis), rekan Max yang punya darah Iran justru malah sangat memegang teguh prinsip bahwa masuk secara legal ke Amerika adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi.

Seiring perjalanan kedua petugas Immigration and Customs Enforcement ini mengalami banyak masalah yang terjadi di sekitar mereka. Denise Frankel (Ashley Judd), misalnya, ia berusaha untuk membuat skenario agar sebuah keluarga yang diduga punya kaitan dengan organisasi teroris bisa masuk dengan legal ke Amerika. Di sisi lain, Cole Frankel (Ray Liotta) yang memiliki wewenang untuk melepas Green Card berusaha memanfaatkan posisinya untuk bisa berhubungan seks dengan Claire Shepard (Alice Eve), seorang model cantik asal Australia yang ingin menjadi warga negara Amerika.

Kemiripan dengan film berjudul CRASH rasanya adalah kesan yang paling kuat dari film ini. Wayne Kramer sebagai sutradara rasanya juga tak berusaha untuk menghilangkan kesan kemiripan ini. Atau bisa jadi CRASH justru adalah sumber inspirasi dari film berdurasi sekitar 113 menit ini. Terlepas dari sengaja atau tidak ada beberapa hal yang membuat CROSSING OVER ini jadi berbeda dengan CRASH.

Keduanya sama-sama menyajikan potongan-potongan cerita yang saling terkait dengan cara yang kadang unik. Bedanya, CROSSING OVER terasa sedikit dipaksakan sehingga tak ada kesan alami seperti pada CRASH. Jalinan antara kisah yang terpisah ini ditata sangat rapi dan itulah yang membuat film ini jadi terasa dipaksakan. Bisa jadi sang penggagas film ini berusaha mencakup sebanyak mungkin aspek dari masalah kewarganegaraan ini sampai-sampai terlalu banyak aspek yang dijejalkan.

Para pendukung film ini sebenarnya tak bisa disepelekan, terutama Harrison Ford. Sebagai karakter sentral, Harrison menyajikan akting yang memuaskan meski lagi-lagi ia dihadapkan pada naskah yang membuat karakternya terlalu soft dan tak lagi terasa wajar sebagai satu sosok manusia yang utuh. Terlepas dari itu, film ini membawa pesan yang patut direnungi dan mungkin bisa dijadikan pembelajaran buat kita semua. (kpl/roc)

KATA MAAF TERAKHIR', Ketika Maaf Tak Sekedar Kata

Pemain: Tio Pakusadewo, Maia Estianty, Ade Surya Akbar, Rachel Amanda, Kinaryosih, Dwi Sasono.

Apa arti kata maaf? Sekedar ucapan yang mudah meluncur dari mulut setiap kita melakukan kesalahan, atau satu penyesalan mendalam atas kesalahan yang harus kita tunaikan dengan ikhlas?

Tema itulah yang kali ini diangkat dalam film layar lebar terbaru Sinemart yang berjudul KATA MAAF TERAKHIR. Sebuah film drama keluarga, lengkap dengan pengkhianatan cinta dan persahabatan, yang merupakan kekerasan psikologi yang sukar dilupakan. Di mana pada akhirnya, maaf bukan sebuah kata yang mudah diucapkan. Bagaimana juga maaf adalah sesuatu yang penting dinyatakan dengan tulus, bukan hanya sebagai upacara ritual tahunan pada hari Lebaran, tetapi juga sebagai penyembuh jiwa.

Darma (Tio Pakusadewo) sedang menjalani bulan terakhir kehidupannya. Oleh karenanya ia membuat daftar hal-hal yang harus dilakukannya. Salah satu keinginannya yang paling sulit adalah memperoleh maaf dari ibu anak-anaknya, Dania (Maia Estianty), putra sulungnya, Reza (Ade Surya Akbar) dan putrinya, Lara (Rachel Amanda). Darma tahu, dia telah melukai mereka sedemikian dalamnya, hingga rasanya tak mungkin mereka akan bisa memaafkannya. Enam tahun yang lalu, Darma meninggalkan Dania, istrinya dan kedua anaknya, Reza dan Lara, karena menghamili Alina (Kinaryosih), sahabat Dania.

Darma tahu bahwa keluarganya sangatlah terpukul akan kejadian tersebut. Oleh karena itu selama ini, setiap Lebaran, dia tak pernah mencoba untuk datang menemui mereka. Darma tidak sanggup jika harus menghadapi kemarahan keluarganya.

Hingga suatu saat secara tak sengaja Darma bertemu dengan Lara. Ia berusaha keras mendekati Lara. Lara yang awalnya bimbang akhirnya luluh akan keinginan ayahnya. Karena jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan peristiwa ini, di mana ia bisa bercengkrama kembali dengan ayahnya. Darma pun menyampaikan kondisi yang sedang dihadapinya. Lara pun mengalami dilema, karena di dalam hatinya ia ingin memenuhi keinginan ayahnya.

Film yang berdurasi 98 menit ini juga menggambarkan sosok wanita yang tegar dan mandiri, yang berhasil bangkit berdiri di atas kakinya sendiri setelah ditinggalkan suaminya, di mana ia dan kedua anaknya berjuang untuk berdamai dengan hati mereka masing-masing untuk dapat memberi sebuah kata maaf pada seorang suami dan ayah yang telah meninggalkan luka yang dalam di hati mereka.

Film yang juga dibintangi oleh Kinaryosih dan Dwi Sasono ini merupakan kolaborasi kedua antara sutradara Maruli Ara, dengan penulis skenario Leila S Chudori, di mana sebelumnya mereka telah sukses dalam serial televisi DUNIA TANPA KOMA. Di sini adalah debut mereka berdua dalam menggarap sebuah film.

Film yang bakal diputar serentak pada 27 Agustus mendatang menjadi debut Maia di layar lebar. Maia yang sebelumnya sudah pernah menjadi pemain di acara EXTRAVAGANZA, tentunya tak menemui kesulitan berarti ketika berakting di sini. Mungkin hanya adegan menangis yang ia anggap sulit, hal ini bisa dimaklumi karena cerita ini ada kemiripan dengan kisahnya di kehidupan nyata.

Tio Pakusadewo patut diacungi jempol, karena ia mampu 'menghidupkan' film yang mengambil lokasi syuting di daerah Jakarta, Anyer, Puncak, Cibodas, Cibubur dan Cibinong ini. KATA MAAF TERAKHIR ingin menyampaikan kepada penonton, hendaknya menjaga keutuhan keluarga, sebelum semuanya terlambat dan hanya sesal yang tertinggal. (kpl/prl/riz)

MERAH PUTIH', Bangkitkan Semangat Nasionalisme


Pemain: Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati.

Berawal dari keprihatinan tidak adanya film-film lokal yang mampu membangkitkan nasionalisme generasi muda, maka hadirlah film MERAH PUTIH yang hasil kerja sama PT Media Desa Indonesia dengan Margate House Ltd.

MERAH PUTIH berlatar belakang perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan pada tahun 1945. Tak peduli ras, agama dan suku, sekelompok pemuda bersatu untuk berjuang mendapatkan kemerdekaan. Mereka bertahan dari pembunuhan, berjuang dengan strategi gerilya, tak peduli konflik pribadi karena adanya perbedaan strata sosial, asal daerah dan kepribadian.

Film yang dibesut oleh Yadi Sugandi ini berusaha mengembalikan kembali semangat perjuangan bangsa Indonesia yang sedikit terlupakan. Dengan dibintangi pemain-pemain muda berbakat, seperti Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, dan Zumi Zola, MERAH PUTIH didukung beberapa ahli perfilman internasional.

Mulai dari Adam Howarth yang merupakan koordinator special effect yang membesut SAVING PRIVATE RYAN, Rocky McDonald sebagai koordinator pemeran pengganti dalam MISSION IMPOSIBLE II dan THE QUIET AMERICAN, dan Rob Trenton sebagai make up dan visual effect artist dalam BATMAN, THE DARK KNIGHT, serta ahli perfilman Hollywood lainnya.

Tak heran, film yang kabarnya menelan biaya hingga puluhan miliar ini menghadirkan gambar yang berkualitas. Adegan ledakan dan peperangan serta sinematografi yang indah menjadi kekuatan MERAH PUTIH. Ditambah lagi dihadirkan pada minggu perayaan HUT kemerdekaan RI ke-64, film ini diharapkan mampu mengembalikan rasa nasionalisme generasi muda yang mulai tergerus. (kpl/riz)

'MERANTAU', Saatnya Aksi Lokal Unjuk Gigi



Pemain: Iko Uwais, Siska Jesika, Christine Hakim, Donny Alamsyah, Yusuf Aulia, Laurent Buson, Alex Abbad, Mads Koudal.

Merantau adalah sebuah tradisi yang ada di Minangkabau, Sumatra Barat yang wajib dijalankan bagi setiap laki-laki yang tinggal di Minangkabau untuk pembelajaran diri. Tak terkecuali bagi Yuda (Iko Uwais), seorang pesilat Harimau. Ia harus merantau ke Jakarta, dan meninggalkan Minangkabau. Meski sang ibu, Wulan (Christine Hakim) melarangnya, tapi karena sudah bagian dari tradisi, maka Yuda tetap pergi meninggalkan ibunya, dan kakaknya Yayan (Donny Alamsyah) dengan tujuan menjadi guru silat.

Dari Minangkabau yang tenang dan penuh kenyamanan, Yuda harus berhadapan dengan kerasnya kehidupan di Jakarta. Tak kunjung menjadi guru silat, nasib pun mempertemukan dirinya dengan Adit (Yusuf Aulia) dan Astri (Siska Jesika), kakak beradik yang akhirnya menjadi korban sebuah organisasi human trafficking, pimpinan Ratger (Mads Koudal). Yuda pun tergerak hatinya untuk membantu Astri dan adiknya.

Yuda pun harus berhadapan dengan organisasi mafia, dan ia harus melawan kaki tangan Ratger, Luc (Laurent Buson) dan Johni (Alex Abbad) dan anak buahnya. Demi sebuah kebebasan, Yuda bersama Astri dan Adit melarikan diri dari para preman-preman dan mucikari yang terus mengejar mereka.

MERANTAU bisa menjadi jawaban atas 'kekekeringan' film-film Indonesia yang bermutu tapi juga tidak meninggalkan unsur entertainment di dalamnya. Film yang disutradarai oleh Gareth Evans, sutradara asal Inggris berusaha mengangkat salah satu kebudayaan asli Indonesia, yakni pencak silat ke dunia internasional.

Sebelum menggarap MERANTAU, Gareth terlebih dahulu melakukan research ke seluruh Indonesia mengenai pencak silat, dan pilihannya jatuh kepada pencak silat Harimau asal Minangkabau. Sebagai film dengan genre drama action, MERANTAU menyuguhkan adegan-adegan penuh action yang belum pernah ditayangkan di film laga lokal.

Dari sisi sinematografi, Gareth mampu menampilkan tontonan yang apik meski dengan budget 'terbatas', sekitar 15 miliar rupiah. Alhasil, adegan kejar-kejaran dan perkelahian melewati gang-gang sempit dan bahkan adegan ketika Yuda berkelahi di atas tumpukan-tumpukan bambu, terlihat sangat apik. Tak heran jika sebelum premier di Tanah Air, film ini telah mendapatkan standing applaus saat diputar di ajang film internasional di Korea dan Jogya beberapa waktu lalu.

Selain untuk mengangkat pencak silat, yang merupakan budaya asli Indonesia ke dunia internasional, MERANTAU ingin mengajak semua generasi muda Indonesia lebih mencintai dan bangga terhadap budaya asli Indonesia. Karena sesungguhnya, budaya asli Indonesia harus dipertahankan. Jika orang luar saja tertarik untuk membuat film dengan latar belakang budaya Tanah Air, kenapa kita yang lahir di Indonesia justru tidak bangga dengan budaya milik kita sendiri? (kpl/riz)

'PUBLIC ENEMIES', Para Musuh Masyarakat

Pemain: Johnny Depp, Christian Bale, Marion Cotillard, Channing Tatum

Oleh: Fatchur Rochim

Di era depresi tahun 30-an, nama John Dillinger (Johnny Depp) memang seperti dewa penolong bagi kebanyakan masyarakat Amerika. Dillinger dan gerombolannya merampok bank dan membagikan uang hasil rampokan mereka pada masyarakat kecil. Image salah inilah yang kemudian ingin diubah J. Edgar Hoover (Billy Crudup).

PUBLIC ENEMIES

J. Edgar Hover yang menjabat sebagai direktur FBI kemudian mengirim Melvin Purvis (Christian Bale) untuk memburu Dillinger dan kawan-kawannya yang dikenal licin dan susah ditangkap. Dillinger memang tak pernah bekerja sendiri. Ia selalu bekerja bersama Pretty Boy Floyd (Channing Tatum), Alvin Karpis (Giovanni Ribisi) dan Baby Face Nelson (Stephen Graham).

Tugas ini cukup berat buat Purvis yang tak sebanding dengan gerombolan Dillinger. Beberapa kali Dillinger berhasil lolos dari kejaran Purvis dan makin melemahkan posisi FBI yang saat itu berusaha menjadikan gerombolan ini sebagai musuh masyarakat. Gagal dengan cara frontal, Purvis kemudian mencoba pendekatan lain dengan mengatur sebuah skenario yang akhirnya dikenal sebagai The Lady in Red.

PUBLIC ENEMIES

Sedikit melegakan melihat ada film yang mencoba tampil tanpa mengandalkan special effect seperti yang banyak terjadi belakangan ini. Film ini jadi menarik karena mencoba menampilkan sebuah kisah tentang manusia lengkap dengan segala kompleksitasnya. Dan itu semua diangkat oleh Michael Mann, sang sutradara dari sebuah buku berjudul PUBLIC ENEMIES: AMERICA'S GREATEST CRIME WAVE AND THE BIRTH OF THE FBI karya Bryan Burrough.

Soal film berlatar dunia kriminal, Michael Mann memang bukan orang baru. Beberapa karyanya seperti MIAMI VICE, COLLATERAL, HEAT dan THIEF juga mengangkat tema dunia kriminal seperti PUBLIC ENEMIES ini. Bedanya mungkin yang satu ini lebih menyorot drama hidup sang perampok bank dan bukan pada perampokannya sendiri.

PUBLIC ENEMIES

Hampir tak ada cacat dalam film ini. Baik dari sisi alur cerita sampai penuangannya ke dalam bentuk visual benar-benar solid. Para aktor dan aktris pendukungnya pun sangat berbobot, terutama Johnny Depp yang berperan sebagai Dillinger. Kalaupun ada yang disayangkan mungkin adalah peran yang dimainkan Christian Bale yang terasa kurang digali. Bukan kesalahan Bale jika ia tak mampu berbuat banyak karena naskah memang tak mengijinkannya.

Michael Mann adalah seorang sutradara yang terkenal akan ketelitiannya dalam menggarap film namun dalam film yang satu ini ada satu bagian yang sepertinya terlupakan. Film ini mengambil setting tahun 1930-an di saat Amerika dilanda resesi dan itu yang tak tergambar pada kondisi masyarakat yang ditampilkan dalam film ini. Sepertinya kondisi ekonomi masyarakat yang digambarkan Mann dalam film ini tak mewakili kondisi masyarakat yang dilanda resesi.
(kpl/roc)


Lihat Galeri Foto:
PUBLIC ENEMIESPUBLIC ENEMIESPUBLIC ENEMIES

'DISASTER MOVIE', Saat Bencana Datang Tanpa Henti

Pemain: Carmen Electra, Kimberly Kardashian, Matt Lanter, Vanessa Minnillo, Crista Flanagan

Oleh: Fatchur Rochim

Dalam mimpinya, Will (Matt Lanter) seolah-olah adalah manusia gua yang hidup sepuluh ribu tahun sebelum Masehi. Dalam petualangannya Will bertemu dengan seorang wanita (Nicole Parker) yang meramalkan bahwa dunia akan hancur lebur pada tanggal 29 Agustus 2008. Tak ada yang bisa menghentikan bencana besar itu kecuali bila tengkorak kristal ditemukan.

Mengira bahwa mimpinya hanya sekedar mimpi buruk, Will pun tak terlalu mempedulikannya. Will lantas merencanakan sebuah pesta dan mengundang semua teman-temannya untuk datang. Celakanya, ketika pesta sedang berlangsung, tiba-tiba saja lampu padam dan bumi serasa berguncang. Dari sebuah berita di radio didapat informasi bahwa bencana akan datang dan bumi akan hancur lebur, tepat seperti dalam mimpi Will.

Pesta yang semula berjalan seperti rencana berubah menjadi kekacauan karena semua orang tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Will yang juga sama bingungnya kemudian menerima telepon yang mengatakan bahwa Amy (Vanessa Minnillo) terjebak di dalam museum dan tak bisa keluar. Will pun segera menyusul ke museum untuk menyelamatkan Amy dan dari Amy pula Will sadar bahwa hanya ada satu cara untuk menghindar dari malapetaka yang akan menghancurkan bumi, menemukan tengkorak kristal.

Satu lagi film yang dibuat untuk menertawakan film-film lain yang telah lebih dulu beredar. Membuat film parodi seperti ini memang punya tingkat kesulitan lumayan tinggi. Yang pertama jelas membuat sebuah cerita yang memungkinkan untuk menyisipkan parodi-parodi dari film lain bukanlah pekerjaan yang mudah. Kalau terlalu berfokus pada parodi maka bisa jadi cerita dasar dari film ini yang jadi korban.

Dalam kasus DISASTER MOVIE ini justru itulah yang terjadi. Terlalu banyak parodi yang ingin dimasukkan sang penggagas film sampai-sampai cerita dasar dari film ini seolah lenyap begitu saja ditelan oleh parodi-parodi itu. Malahan bisa dibilang bahwa cerita dari film ini tak lagi penting. Ia ada hanya sekedar untuk merangkai tiap adegan agar menjadi sebuah film.

Soal lucu atau tidak, tentu saja tergantung dari selera humor Anda. Bila Anda tak keberatan dengan lelucon-lelucon kasar ala The Three Stooges atau Warkop Prambors di era 1980-an, bisa jadi film ini jadi lucu. Tak terlalu mengherankan bila film ini meraih enam nominasi penghargaan Golden Raspberry Awards termasuk untuk kategori Film Terburuk, Aktris Pendukung Terburuk, Sutradara Terburuk dan Naskah Film Terburuk. Film ini memang tak menawarkan apapun. (kpl/roc)

Glenn Fredly - Cuma Kamu (Clean/CD Rip)

Download

Glenn Fredly - Cuma Kamu HQ.mp3


http://www.4shared.com/file/129271532/909f1c87/Glenn_Fredly_-_Cuma_Kamu_HQ.html

Acha Septriasa - Keputusan Hati (CD Rip)


Olga Saputra

Dangdut Koplo - OM New Sera



Shamila - Cinta Musiman [versi dangdut koplo Om Sera]
Ungu - Hampa Hatiku [versi dangdut koplo]
T2 - Malu-Malu Donk [versi dangdut koplo Om Sera]
Punk Rock Jalanan [versi dangdut koplo]
Mbah Surip - Tak Gendong [versi dangdut koplo Om Sera Denis Arista]
Bunga-Bunga Rindu - Om SERA
Inka Cristi - Rela [versi dangdut koplo]
Api Asmara - Om SERA
Warna Merah - Om SERA

Dangdut Koplo - Om Batavia 2009



The Virgin - Cinta Terlarang (versi video klip) [versi dangdut koplo]
Radja - Gak Da Waktu [versi dangdut koplo]
Lucky Luki - Superman [versi dangdut koplo]
Matta Band - SSt...Ada Yang Marah [versi dangdut koplo]
Nyanyian Setan - OM Batavia
Kangen (Campursari) - Om Batavia
Kabut Cinta - Om Batavia
Goyang Karawang - Om Batavia
Matahariku - Via Vallen Om Batavia

Dangdut Koplo Campursari - Om Mutiara


Dangdut Koplo Denpasar Arjosari - Om New Pallapa


*Dangdut Koplo Denpasar Arjosari - Om New Pallapa*

RAN - Thank God It's Friday



Download Mp3 RAN - Thank God It's Friday
RAN - Thank God It's Friday
New single religi 2009

Velvet - Cinta Bilang Begitu [CBB]


Velvet - Cinta Bilang Begitu [CBB] New single Agustus 2009 (thanks to creditmusic)